Selain Presiden Hosni Mubarak di Mesir, Presiden Zine Abidine ben Ali dari Tunisia, sekurang-kurangnya 7 lagi pemimpin diktator terburuk di seluruh dunia. Salah satu daripadanya adalah Raja Arab Saudi. Pada dasarnya, para pemimpin diktator dan antidemokrasi ini mendapat sokongan, baik dalam bentuk material ataupun kewangan dari Amerika Syarikat yang selama ini mengagung-agungkan demokrasi.
Joshua Holland, editor dan penulis senior di ruangan analisa politik dan kajian antarabangsa AlterNet, mendedahkan tujuh diktator paling buruk di dunia itu;
1. Raja Abdullah bin Abdul Aziz, Arab Saudi.
Raja
Saudi ini adalah salah seorang dari tujuh pemimpin diktator di dunia
versi AlterNet. Arab Saudi, merupakan sekutu AS yang paling penting di
Timur Tengah. Selama puluhan tahun, AS memberikan layanan yang baik
kepada keluarga Diraja Saudi ini dengan mengimpikan hasil minyak bumi
negara Saudi.
Sejak menjadi Raja Saudi tahun 2005, Raja Abdullah
sudah melakukan sejumlah reformasi di negaranya. Tapi Human Rights Watch
menilai reformasi yang dilakukan Raja Abdullah kebanyakan masih berupa
simbolik dan belum memenuhi tuntutan perlindungan hak asasi manusia
secara konkrit.
Amnesty International dalam laporan tahun 2010
menyebutkan bahawa kerajaan Arab Saudi masih melakukan tindakan yang
represif untuk mengekang kebebasan bersuara dan berkumpul kepada
rakyatnya. Ratusan orang ditangkap atas tuduhan terorisme dan ribuan
dipenjarakan atas nama keamanan negara. Dalam banyak hal, pemerintah
Saudi juga masih membatasi hak-hak wanita atas nama ajaran agama.
Teodoro sudah berkuasa selama 32 tahun di Equatorial Guinea setelah menggulingkan bapa saudaranya sendiri, Francisco Macias.
Setelah
melakukan rampasan kuasa berdarah dan berhasil naik ke tampuk
pemerintahan, Obiang berjanji akan memimpin negara dengan cara yang
lebih baik dan lebih adil dari pendahulunya. Tapi nyatanya, Obiang tidak
kalah keji dengan bapa saudaranya. Tahun 1990-an, Duta besar AS di
negara itu pernah mendapat ancaman bunuh hingga diberi kawalan
keselamatan.
Tapi hubungan Obiang dengan AS kembali mesra setelah
ditemukan sumber-sumber minyak di luar pantai negara tersebut. Menurut
data majalah Parade, AS adalah pengimpot utama produk petroleum dari
Equator Guinea pada tahun 2008. Di peringkat awal eksplorasi sumber
minyak, negara itu mampu mengaut keuntungan yang besar, tapi semua
pendapatan negara itu disimpan di kalangan kroni-kroni Obiang dalam
akaun luar negara yang dirahsiakan dan AS menutup mata atas fakta
tersebut sepanjang masih boleh mengaut keuntungan dari sumber minyak
negeri Obiang.
Zenawi
sudah berkuasa di Ethiopia selama 20 tahun. Tahun 2010, ia kembali
berkuasa setelah partinya Front Demokrasi Revolusioner Rakyat Ethiopia
memenangi Pilihanraya Umum dengan kemenangan yang besar iaitu 99.6% .
Dia mendapat kemenangan dengan cara menekan parti-parti pembangkang
dalam pilihanraya yang penuh penipuan.
Ethiopia adalah sekutu
strategik AS dalam agenda "perang melawan terorisme" dan pemerintahan
Zenawi menerima sokongan dana dari pemerintah AS. Menurut lembaga U.S.
Agency for International Development, AS merupakan negara penyumbang
terbesar kepada Ethiopia.
Pada masa pemerintahan Presiden George
W. Bush, Kongres AS mengesahkan undang-undang yang meminta pemerintah AS
membatasi bantuan ketenteraan kepada Ethiopia, karena rejim Zenawi
dianggap membelenggu kebebasan media dan buruknya hak asasi manusia di
negeri itu. Tapi Bush keberatan mematuhi undang-undang tersebut dan
tetap menghulurkan bantuan kewangan dengan alasan untuk biaya "anti
terorisme".
Rejim Zenawi menekan kelompok-kelompok pembangkang
dan penubuhan NGO yang mesra rakyat. Ia juga dianggap bertanggung jawab
ke atas kes-kes kehilangan individu tertentu. Meskipun demikian, AS
tetap memberikan bantuan latihan kepada pasukan tentera Ethiopia.
Karimov
menjadi presiden Uzbekistan sejak tahun 1990. Ia juga menjadi salah
satu sekutu AS dalam "perang melawan terorisme". Karimov memberi tempat
kepada pasukan AS di Karshi-Khanabad, yang dijadikan sebagai pengkalan
angkata udara AS hingga tahun 2005.
Hubungan Karimov dan AS jadi
"dingin" setelah dia meminta AS untuk menutup pengkalan tentera
tersebut. Meskipun demikian, menurut Parade, hubungan dagang antara AS
dan Uzbekistan meningkat dua kali ganda pada tahun 2008 dan AS mengimpot
uranium dalam jumlah besar dari Uzbekistan, untuk keperluan pusat
janakuasa nuklear dan persenjataan AS. Tahun 2009, Uzbekistan memesan
pesawat Boeing untuk keperluan pengakutan udara nasionalnya, dengan
nilai pembelian sebesar 600 juta dollar.
Tapi sebagai pemimpin,
Karimov menggunakan tangan besi dalam mengatur rakyatnya. Laporan Human
Rights Watch menyatakan, rejim Karimov melakukan penangkapan, penyiksaan
dan melakukan penindasan kepada kumpulan agama minoriti. Karimov bahkan
disebut-sebut tak segan-segan membunuh lawan politiknya.
Chad
adalah sebuah negara yang menjadi sekutu AS dalam kempennya "perang
melawan terorisme". AS menikmati hubungan dengan Chad dalam bentuk impot
minyak dari negeri itu yang nilainya mencapai 3 milion dollar setahun.
Perdagangan
minyak dengan AS inilah yang memperkuat rejim Idriss Deby. AS, menurut
majalah Parade, juga turut memperkuat angkatan bersenjata Chad meskipun
tentera negara itu didapati mengeksploitasi kanak-kanak untuk dijadikan
tentera.
Amnesty Internasional dalam laporan tahun 2010 juga
menggambarkan buruknya situasi kemanusiaan di Chad di bawah kepemimpinan
Idriss Deby. Warga awam dan pekerja kemanusiaan banyak yang diculik dan
dibunuh, maraknya kekerasan dan perkosaan terhadap kaum wanita,
termasuk kanak-kanak perempuan yang dipaksa menjadi tentera.
Rejim
Deby menangkap, memenjarakan dan menyiksa orang-orang dari kumpulan
yang dianggap menentang pemerintah, menekan para wartawan dan aktivis
hak asasi manusia, bahkan pada tahun 2009 menghancurkan rumah-rumah dan
kemudahan lainnya sehingga menyebabkan ribuan orang menjadi pelarian,
dan membiarkan para penjenayah dan kumpulan bersenjata berkeliaran dan
mengancam keselamatan rakyatnya.
Berdymuhammedov
berkuasa sejak 2006 setelah presiden Turkmenistan meninggal dunia. Dia
berhasil merebut tampuk kekuasaan di Turkmenistan dengan cara
mengeluarkan arahan untuk memenjarakan pengganti presiden yang sebenar.
Laporan
Jabatan Luar Negeri AS menyebutkan bahawa sejak era tahun '90-an,
Turkmenistan menjadi dalang utama dalam "US Caspian Basin Energy
Initiative". Negara itu menjadi pemudah cara rundingan antara
syarikat-syarikat komersil dan pemerintah Turkmenistan, Georgia,
Azerbaijan dan Turki dalam pembangunan jaringan paip dasar laut di Laut
Kaspia untuk menyalurkan gas-gas serta ekspot gas Turkmenistan ke Turki
di bawah projek raksaksa yang mereka sebut sebagai Trans-Caspian Gas
Pipeline (TCGP)
Majalah Parade melaporkan bahwa AS menikmati
monopoli minyak dari Turkmenistan. Pada tahun 2008, nilai impot minyak
AS dari negeri itu mencapai 100 juta dollar. Perusahaan minyak Chevron
bahkan membuka pejabat perwakilan sendiri di Ashgabat, ibukota
Turkmenistan.
Namun pendapatan negara dari hasil ekspot gas dan
minyak, terutama ke AS, tidak pernah dinikmati oleh rakyat Turkmenistan.
Organsasi Hak Asasi Manusia Human Rights Watch dalam laporannya
menyatakan bahawa Berdymuhammedov jusetru menerapkan kebijakan yang
mengekang kehidupan sosial rakyatnya serta bertindak represif.
Biya
berkuasa di Cameroun sejak memenangi "Pilihanraya Umum" tahun 1983.
Mengapa kata "Pilihanraya Umum" diberi tanda , kerana tidak seperti
pilihanraya pada umumnya, Biya menjadi satu-satunya calon presiden dalam
pilihanraya tersebut dan ia didakwa berhasil mendapat sokonan 99 % undi
dalam pilihanraya tersebut.
Cameroun merupakan salah sebuah
negara yang berhubung rapat dengan AS. Tidak menghairankan, meskipun
pilihanraya yang digelar sangat tidak demokratik, pemerintah AS tetap
mengalirkan dana bantuan kewangan untuk pemerintah Cameroun melalui
lembaga-lembaga kewangan antarabangsa seperti Bank Duna, IMF dan African
Development Bank.
Organisasi hak asasi manusia Amnesty
Internasional dalam laporannya menyebutkan bahawa pemerintahan Biya di
Cameroun kerap menangkap dan memenjarakan wartawan, melakukan
perbicaraan mahkamah tanpa prosedur undang-undang yang betul.
Pemerintah
juga berusaha mengekang gerakan kumpulan pembangkang dengan melakukan
dan menyembunyikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan
mereka. Rejim Biya juga tidak segan-segan menangkap orang-orang yang
dianggap menentang pemerintah, melarang rakyatnya berkumpul atau
membentuk kesatuan dan membatasi kebebasan bersuara.
No comments:
Post a Comment